Sore ini dapat email kalau pengajuan asuransi calon nasabah saya ditolak. Hasil tesnya menunjukkan gula darahnya ga terkendali.

Dia mengajukan proteksi rawat inap, sakit kritis dan jiwa. Semuanya ditolak tanpa kecuali.

Di luar dugaan, ternyata dia lebih sedih daripada saya. Reaksi kesedihannya jauh melampaui yg saya duga. Dia rela bayar extra premi. Dia rela kalau harus ada pengecualian yg dicover. Dia rela banget bayar harganya.

Sekarang saya yg dikejar-kejar dia?

Preminya gede, 11 juta/bulan. Proteksinya maksimal. Jelas orang kaya, kan? Makanya dia paham, bagaimana mesti mengelola dan mempersiapkan keuangan untuk jangka panjang.

Bayar premi cuma sekitar 30%nya dari uang pertanggungan yg akan dia terima. Boleh dicicil pula. Suka-suka dia mau berapa lama. Tanpa bunga. Terus cicilannya dibebaskan kalau terjadi resiko sakit kritis/cacat tetap.

Lah! Orang pinter mana yg ga mau ambil, coba? Orang kaya mana yg ga ngerti itung itungannya? Makanya dia sediiiihhhh, darlings!

Dia sadar banget, kalau sehat terus, semua bisa berjalan lancar. Tapi kalau sakit berkepanjangan, hasil kerja keras puluhan tahun bisa jadi sia-sia.

Ditolak calon mertua? Tinggal ganti mertua

Ditolak asuransi? Mau ga mau pakai duit sendiri

I’m terribly sorry. No choice ?

Kontributor : Nien Fitri Wirantie