Hujaaaaaannnnnnn!!!!!!!!

Selalu membawaku pada kenangan, waktu SD: jalan kaki hujan-hujanan sambil nenteng sepatu, dari sekolah ke rumah.

Becak langganan yang selalu menjemputku, terpaksa ngikutin dari belakang sambil berkali kali membujuk untuk naik. Tapi aku belajar sabar dari dia: dia sabar membujuk, aku sabar hujan-hujanan.

Kadang sampai rumah, aku langsung nyemplung ke kolam ikan, sebelum bapak ibuku tau kalau aku datang. Tinggi air kolam itu ada yang sedengkul, ada juga yang sepinggang.

Maka sekarang pun aku ga pernah melarang anak-anakku hujan-hujanan. Dari kecil mereka suka sekali mainan hujan.

Pernah waktu di Bandung, lupa di tempat wisata apa, hujan tiba-tiba turun di wahana tempat mereka main. Semua anak-anak dipanggil orang tuanya stop, tinggal Zie & Rey di situ.

Anak-anak lain akhirnya lihat Zie & Rey makin asik mainan karena hujan. Merengek-rengek lah mereka minta main lagi. Apa reaksi orang tuanya?

Mereka melotot ke arahku. Aku cukup sopan dong, ga balas melotot. Sebenernya sih karena ngeri, jumlah mereka jauh lebih banyak. Jadi aku pura-pura innocent saja.

Jangan main hujan kalau takut basah.

Jangan pernah tanding kalau takut kalah.

Jangan mimpi sukses kalau takut gagal.

Masuk akal kan? Lucunya selalu ada saja yang bilang mau tanding tapi cuma berdiri di pinggir lapangan…

Persis anak kecil yang bilang mau hujan-hujanan tapi cuma ngulurin tangan dari jendela kamar ??

Kontributor : Nien Fitri Wirantie

IG : @nienfitriwirantie

Pic : duajurai.co