Selamat pagi Jeju. Jeju adalah pulau yang berlimpah dengan tiga hal, wanita, batu dan angin. Populasi wanita lebih banyak dari pria. Di Jeju wanita adalah pekerja, pria adalah raja. Patung batu banyak dijumpai di pulau ini. Dan angin yang kencang menjadi fenomena alam yang berubah-ubah. Sehingga Jeju jarang sekali turun salju, hal ini mengakibatkan banyaknya tumbuhan sub tropis tumbuh subur di sana. Hari ketiga hari yang paling padat acara.
Perjalanan pagi ini dimulai dengan melihat kebun jeruk sambil mulai berbelanja snack. Biasa “hunting” oleh-oleh sudah dimulai. Tidak mau rugi semua spot yang layak untuk berfoto segera diserbu untuk segera diupload di media sosial masing-masing. Selanjutnya berfoto di bunga kanola berwarna kuning yang banyak tumbuh di sepanjang jalan. Seru, karena kanola ini hanya ada di Jeju, tidak tumbuh derah lain di Korea.

Pemandangan menuju puncak Seongsan Ilchulbong

Pemandangan menuju puncak Seongsan Ilchulbong


Tujuan berikutnya adalah Seongsan Ilchulbong. Kami harus menaiki tangga yang cukup terjal yang sangat menguji nyali. Di tangga-tangga bawah keindahan pemandangan sayang untuk tidak diabadikan. Perlahan tapi pasti beberapa dari kami mencoba menaklukkan Seongsan Ilchulbong. Tidak mudah untuk mencapai puncak. Kekuatan kaki, nafas dan semangat musti “dikelola” seimbang agar berhasil sampai di puncak di tengah udara dingin dan angin yang menusuk tulang. Kadang rasanya ingin berhenti saja kembali ke bawah, nafas sudah terengah engah dan kaki sesekali kram. Namun kekuatan untuk berhasil mencapai puncak dan rasa penasaran ada apa di puncak mengalahkan semua rasa lelah. Dan …… yeah….. akhirnya sampai juga di puncak Seongsan Ilchulbong setinggi 180 meter. Tak henti-henti memuji kebesaran Tuhan dengan ciptaan alam yang begitu indahnya.
Puncak Seongsan Ilchulbong

Puncak Seongsan Ilchulbong


Ada beberapa alasan yang mendorong beberapa dari kami berhasil mencapai puncak. Semangat yang dikobarkan oleh anak-anak kepada orang tuanya agar jangan meyerah, komitmen untuk menuntaskan langkah yang sudah dimulai mengantar beberapa dari kami ke puncak. Ketika sampai di puncak hilang semua rasa lelah berganti dengan kegembiraan yang membuncah karena berhasil mengalahkan diri sendiri.
Puncak Seongsan Ilchulbong settings 180m. Hanya yang tekad kuat yang sampai di sini

Puncak Seongsan Ilchulbong settings 180m. Hanya yang tekad kuat yang sampai di sini


Menjelajah Pulau Jeju dilanjutkan dengan mengunjungi rumah asli masyarakat Jeju, Seongeup Folk Village. Ada 3 palang yang di halaman mereka. Palang ini berfungsi untuk menandai keberadaan si pemilik rumah. Bila 3 palang terpasang artinya si empunya sedang pergi jauh, tidak ada di rumah. Bila hanya terpasang 2 palang pemilik rumah pergi namun tidak jauh, dan bila terbuka menandakan siap menerima tamu.
3 palang pintu pada rumah asli masyarakat Jeju

3 palang pintu pada rumah asli masyarakat Jeju


Kami diterima dengan sangat hangat oleh tour leader lokal yang sangat fasih berbahasa Indonesia. Menarik sekali cara dia menjelaskan budaya masyarakat Jeju. Dia menarik Agung salah satu peserta dan memanggilnya dengan sebutan “suamiku”….. yang sontak disambut tawa seluruh peserta. Nien sang isteri Agung tersenyum lebar mengikuti penjelasan nona pemandu ini.
Wanita di pulau Jeju multitasking

Wanita di pulau Jeju multitasking


Si nona pemandu melanjutkan mengajak kami memasuki rumah bagian per bagian. Di Jeju pria diperlakukan seperti raja dan wanita yang bekerja mulai dari mengisi air di gentong, memasak, menimang anak.
Di Pulau Jeju sangat sulit mendapatkan air, ini dikarenakan bentuk permukaan daratan di sana terbentuk oleh aktivitas vulkanik. Saat hujan turun air langsung terhisap ke dalam tanah. Untuk mendapatkan air guna keperluan rumah tangga penduduk menganyam tali jerami yang diikat ke batang pohon. Bila hujan turun air akan mengaliri tali jerami dan masuk ke dalam gentong yang sudah disiapkan. Air yang tertampung dalam gentong lama kelamaan akan kotor dan mengundang binatang seperti nyamuk misalnya. Untuk menghilangkannya mereka memasukkan kodok ke dalam gentong itu. Nantinya setelah cukup besar kodok dikonsumsi sebagai makanan.
Rumah asli Jeju yang dipakai shooting film Jang Gem

Rumah asli Jeju yang dipakai shooting film Jang Gem


Ular juga banyak ditemui di pulau ini, guna mencegah ular mencelakai warga maka dipeliharalah babi hitam yang akan memangsa ular-ular itu. Rantai makan ekosistem berputar sempurna di sana sejak lama. Rumah adat Jeju ini dipakai sebagai salah satu tempat shooting serial Jang Gem yang sangat terkenal itu.
Cara nona pemandu menawarkan produk mereka pun sangat unik. Masih dengan gaya drama menerangkan manfaat madu, pil calsium berbahan tulang kuda dan teh. Membagikan ke seluruh peserta untuk mencoba dan endingnya “mengabsen” siapa yang mau beli. Urusan mengelompokan siapa saja yang mau beli agar mendapatkan harga promo memang Hong Cu juaranya. Bendahara Gemah Ripah ini langsung mengambil alih dealing peserta dan nona pemandu.
Setelah makan siang acara berikutnya adalah mengunjungi Alive Museum atau yang dikenal dengan New Trick Art Museum. Peserta dibebaskan untuk berfoto sesuai dengan minat masing-masing. Selain berfoto sendiri keakraban Gemah Ripah juga terlihat dari foto-foto bersama.
Berkunjung ke Teseum, museum Teddy Bear

Berkunjung ke Teseum, museum Teddy Bear


Siapa tidak kenal Teddy Bear, boneka beruang yang kondang itu. Tapi barangkali tidak banyak yang tahu asal muasal kenapa dinamakan Teddy. Alkisah Presiden Amerika ke 26 Theodore Roosevelt hendak berburu beruang. Namun sampai dengan akhir perburuan Sang Presiden tidak berhasil menembak seekor beruang pun. Salah satu staf nya menangkap seekor beruang mengikatnya dan mempersilahkan Presiden untuk menembak. Ternyata Presiden Teddy Roosevelt menolak melakukannya. Sang Presiden menganggap tindakan menembak beruang sebagai tindakan yang kurang terpuji. Cerita ini segera tersebar. Sampai suatu ketika Morris Michtom warga Amerika dan Margarete Steiff warga Jerman memproduksi boneka beruang dan menamakannya Teddy. Ini sebagai apresiasi mereka kepada Presiden Theodore Teddy Roosevelt yang menolak menembak beruang.
Display bermacam Teddy Bear siap di beli

Display bermacam Teddy Bear siap di beli


Beruntungnya sore hari ketiga wisata Korea ini kami mengunjungi Museum Teddy Bear. Aneka macam boneka teddy terdisplay di sini, mulai dari yang biasa sampai berbagai macam bentuk. Sangat menarik.
Ruang produksi Teddy Bear

Ruang produksi Teddy Bear


Sore hari kami sempat menikmati misteri keajaiban alam di mysterious road. Sebuah jalan dimana kurang lebih 50 meter saat jalan menanjak mesin mobil dimatikan, mobil bisa berjalan sendiri. Fenomena ini mengingatkan saya pada suatu tempat di tanah air tepatnya di kota Kediri yang mempunyai fenomena yang sama.
Suasana sebelum pertunjukan Nanta

Suasana sebelum pertunjukan Nanta


Padatnya wisata hari ini ditutup dengan menonton Nanta Show. Pertunjukan para koki yang menampilkan kepiawaian masak mereka dalam pertunjukan semacam drama musical yang sangat menarik. Pertunjukan berlangsung kurang lebih dua jam, berlalu tanpa terasa dengan performance jenaka yang dibawakan oleh pelakon Nanta Show.
Malam semakin dingin dan kami kembali ke hotel, beristirahat. Esok kami harus kembali ke Seoul melanjutkan Gemah Ripah Korea Trip hari ke 4. Good nite.
Kontributor : Andayani Hedwigis