Sering ya mendengar tentang generasi sandwich? Sudah bosan dengarnya? Apalagi buat Milenial dan Generasi Z ya, seolah-olah dosanya ketumpuk semua di generasi ini. Tenang, kita akan berikan solusi untuk memutus mata rantai ‘derita’ generasi sandwich ini, tapi yuk kita ulik sedikit kenapa topik ini tidak akan pernah berhenti dibicarakan. Literasi finansial memang sangat jarang mendapatkan perhatian karena subyek ini bisa di bilang “berat” bagi Milenial dan Generasi Z yang dikenal impulsif dan instan. Motto YOLO (you only live once) dijadikan tameng untuk justify keputusan yang di ambil bagi sebagian Milenial & Generasi Z.
Dari mana sih mindset itu muncul? Karena mereka melihat orangtua mereka bekerja sangat keras untuk memberikan kualitas hidup yang nyaman bagi Milenial & Generasi Z, maka mereka memutuskan untuk tidak mengulang pengalaman orang tua mereka dalam kehidupan yang akan dijalani di masa depan para Milenial & Generasi Z. Seiring kemajuan teknologi informatika dan paska pandemi yang terjadi selama 3 tahun, mengakibatkan booming nya bisnis berbasis teknologi (baik sektor ritel, finansial, komersil, dan lain lain) dengan potensi ratusan juta populasi di Indonesia yang merupakan pasar yang sangat besar dan menggiurkan bagi para investor yang ingin meraup keuntungan berlipat ganda.
Lapangan pekerjaan dengan tawaran gaji yang bombastis pun di iming-imingkan bagi para Milenial & Generasi Z yang ingin secara instan memiliki kualitas hidup yang bagus dengan harapan work-life balance bisa tercapai. Selain gaji besar, tawaran apa lagi yang diberikan di fasilitas kerja? Ruang kerja tanpa sekat, fasilitas rekreasi permainan konsol, gerai makanan dan minuman yang tersedia gratis aksesnya 24 jam, bahkan fasilitas kursi pijat pun ada! Menyenangkan ya?
Eits! Tunggu dulu, seperti ungkapan: “There’s no free lunch”, begitu juga dengan fasilitas “fun” tersebut. Dinamika teknologi yang sangat cepat berubah, memaksa para pekerja di bidang ini rela lembur sambil leyeh di fasilitas “fun” untuk menghindari kebosanan. Ruang game konsol, kursi pijat dan fasilitas lain menjadi distraction atas waktu kerja yang dihabiskan. Kala stress dan merasa lingkungan kerja nya menjadi ‘toxic’, pelarian utama adalah liburan ke luar kota/negeri dengan tujuan ‘healing’. Siklus ini tanpa disadari menjadi lingkaran setan.
Fakta yang dilupakan adalah, bisnis berbasis teknologi bisa berhenti beroperasi kapan saja. Pemutusan tenaga kerja secara massive pun bisa terjadi. Jika justifikasi motto YOLO menjadi dasar pemikiran tanpa mempersiapkan tabungan yang cukup, maka sejarah akan terulang kembali dan tidak akan putus rantai generasi sandwich itu.
Di sini lah asuransi menjadi pemeran utama untuk menyelamatkan para Milenial & Generasi Z, dengan menyisihkan pendapatan mereka untuk mengalihkan resiko himpitan biaya hidup tak terduga yang timbul saat resiko kehidupan terjadi tanpa basa basi memaksa kita membayar ratusan hingga milyaran rupiah. Karena resiko sakit kritis, kecelakaan & meninggal datang tanpa undangan.
Dulu pasien penderita kanker usia 50 tahun keatas, sekarang usia 23 tahun pun sudah ada yang menderita kanker; dahulu serangan jantung menyerang saat usia diatas 45 tahun, sekarang usia 35 tahun pun bisa mengalami serangan jantung. Faktor gaya hidup, tingkat stress, hormon menjadi pemicu makin mudah usia belia terkena kondisi tersebut di atas. Apa jaminan nya kita bebas dari faktor pemicu? None! Asuransi menjadi solusi jitu untuk menyediakan dana ratusan hingga milyaran dalam waktu singkat – no debat!
Menabung sejumlah dana dalam bentuk premi asuransi lebih menguntungkan bagi Milenial & Generasi Z yang serba instan, di bandingkan menabung secara konvensional, karena secara konvensional, dana yang tersedia hanya tersedia sejumlah dana yang sudah di setorkan, berbeda dengan premi asuransi yang akan membayarkan pertanggungan sesuai komitmen tertera dalam polis dengan waktu yang relatif singkat.
Begini nih ilustrasinya:
Menabung konvensional per bulan Rp 2.000.000,- selama 3 bulan, menciptakan nilai Rp 6.000.000,-; jika terjadi kondisi medis hanya tersedia senilai Rp 6.000.000,-. Sementara menabung premi asuransi per bulan Rp 2.000.000,- selama 3 bulan, terjadi kondisi medis tersedia dana darurat Rp 1.000.000.000,- + limit rawat inap sesuai tagihan RS di Indonesia sebesar Rp 10.000.000.000,- per tahun + jika meninggal dunia tersedia dana untuk ahli waris Rp 500.000.000,- .* (*perhitungan ini berdasarkan seorang pria, usia 35 tahun)
Jadi, menabung itu salah? Tidak felgusso.. sah – sah saja menabung. Tetapi menabung secara konvensional ditambah asuransi akan menjadi solusi manajemen resiko perlindungan maksimal. Memiliki ‘peace of mind’, kualitas hidup yang baik & bisa healing trip kapan saja itu priceless. Sambut adulting life dengan big smile karena keputusan bijak.
Kontributor: M. Syarief Hananto W (https://www.instagram.com/webee/ | https://www.instagram.com/webee_gemahripahindonesia/)
sangat berguna